PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS),
DIVIDEN PAYOUT RATIO (DPR) , DAN KURS DOLLAR TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN SELAMAT SEMPURNA TBK
SEMINAR
PENULISAN ILMIAH
Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai
Gelar Setara Sarjana Muda Jurusan Akuntansi Jenjang Strata
Satu
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Nama : Verda Ayu Nadanti
NPM : 29213110
Jurusan :
Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemain saham atau
investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan dinamika harga
saham agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk
dipilih. informasi yang tepat tentang kinerja keuangan perusahaan, manajemen
perusahaan, kondisi ekonomi makro, dan Informasi relevan lainnya diperlukan
untuk menilai saham secara akurat. Penilaian saham secara akurat bisa
meminimalkan resiko sekaligus membantu investor mendapatkan keuntungan wajar,
mengingat investasi saham di pasar modal merupakan jenis investasi yang
beresiko tinggi meskipun menjanjikan keuntungan relatif besar. Investasi di
pasar modal sekurang-kurangnya perlu memperhatikan dua hal, yaitu: keuntungan
yang diharapkan dan resiko yang mungkin terjadi. Ini berarti investasi dalam
bentuk saham menjanjikan keuntungan yang besar sekaligus beresiko. Oleh karena
itu perusahaan berusaha berkembang dan menunjukkan kinerja yang lebih baik
dimata investor.
Semakin
berkembangnya kegiatan pengembangan perusahaan tentunya membutuhkan dana yang
cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut tentunya diperlukan usaha
untuk mencari tambahan dana (berupa fresh money) untuk disuntikan ke dalam
perusahaan sebagai pengganti ataupun sebagai penambah dana yang sedang
dijalankan ataupun untuk pengembangan dan perluasan bidang usaha.
Dalam rangka memenuhi
dana tersebut selain mencari pinjaman, merger, perusahaan dapat mencari
tambahan modal dengan cara mencari pihak lain yang berpartisipasi dalam
menanamkan modalnya. Hal ini dapat dilakukan dengan penjualan sebagian saham
dalam bentuk efek kepada masyarakat luas. Usaha ini dikenal dengan istilah
penawaran umum (go public) di pasar modal.
Perusahaan yang go public dapat
menperjualbelikan saham secara luas di pasar sekunder. Harga saham di pasar
sekunder ditentukan oleh demand dan supply antara penjual dan
pembeli. Biasanya demand dan supply ini dipengaruhi baik faktor
internal maupun eksternal perusahaan. Faktor internal merupakan faktor yang berhubungan
dengan tingkat kinerja perusahaan yang dapat dikendalikan oleh manajemen
perusahaan. Seperti besarnya dividen yang dibagi, kinerja manajemen perusahaan,
prospek di masa yang akan datang, rasio utang dan equity. Kedua, faktor
eksternal yaitu hal-hal di luar kemampuan manajemen perusahaan untuk
mengendalikannya, seperti munculnya gejolak politik, perubahan kurs, laju
inflasi yang tinggi, tingkat suku bunga deposito dan lain-lain.
Investor yang
menanamkan dananya pada saham-saham perusahaan sangat berkepentingan terhadap
laba saat ini dan laba yang diharapkan di masa yang akan datang serta adanya
stabilitas laba. Sebelum menanamkan dananya investor melakukan analisis
terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Mereka berkepentingan
atas informasi yang berhubungan dengan kondisi keuangan yang berdampak pada
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen untuk menghindari kebangkrutan.
Oleh karena itu, investor hanya akan menginvestasikan dananya kepada perusahaan
yang mempunyai reputasi baik. Perusahaan yang mempunyai reputasi baik adalah
perusahaan yang mampu memberikan dividen secara konstan kepada pemegang saham.
Semakin meningkatnya laba yang diterima perusahaan maka semakin tinggi pula
dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham.
Setiap perubahan
dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan.
Apabila dividen akan dibayarkan semua, kepentingan cadangan akan terabaikan.
Sebaliknya apabila laba akan ditahan semua, maka kepentingan pemegang saham
akan uang kas akan terabaikan. Pembagian dividen sebagian besar dipengaruhi
oleh perilaku investor yang lebih memilih dividen tinggi yang mengakibatkan retained
earning menjadi rendah. Investor beranggapan bahwa dividen yang diterima
saat ini lebih berharga dibandingkan capital gain yang diperoleh dikemudian
hari.
Alasan peneliti
mengambil tingkat dividen payout ratio, earning per share dan kurs
dollar sebagai variabel adalah sebagai berikut: pertama, kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar saham dan kemampuan perusahaan
membagikan dividen merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan, yang
seringkali dipakai sebagai acuan untuk mengambil keputusan investasi dalam
saham. Kedua, semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menuju ke
arah yang efisien dimana semua informasi yang relevan bisa dipakai sebagai
masukan untuk menilai harga saham. Oleh karena itu peneliti memberikan judul: ”PENGARUH
DIVIDEN PAYOUT RATIO (DPR), EARNING PER SHARE (EPS) DAN KURS
DOLLAR TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SELAMAT SEMPURNA TBK”.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang masalah di atas
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Apakah dividen payout ratio (DPR),
earning per share (EPS) dan kursdollar berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan Selamat Sempurna Tbk.?
b. Manakah diantara variabel dividen payout
ratio, earning per share dan kurs dollar yang paling dominan pengaruhnya
terhadap harga saham?
1.2.2 Batasan Masalah
Dari
rumusan masalah di atas, penulis membatasi masalah pada pengaruh harga saham
perusahaan dengan dividen payout ratio (DPR), earning
per share (EPS) dan kurs dollar. Dalam penulisan ilmiah ini data yang dibutuhkan
adalah informasi keuangan perusahaan Selamat
Sempurna Tbk berupa neraca dan laporan laba rugi selama
periode 2004 – 2008.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh dividen payout
ratio, earning per share dan kurs dollar terhadap harga saham perusahaan Selamat
Sempurna Tbk.
b. Untuk
mengetahui faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap harga saham
perusahaan Selamat Sempurna Tbk
1.4 Manfaat
Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
a. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh dividen
payout ratio, earning per share dan kurs dollar yang terhadap harga saham
yang bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi bagi investor.
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Objek Penelitian
Pada penulisan
ilmiah ini yang menjadi obyek penelitian adalah laporan keuangan perusahaan
yang dipilih sebagai obyek penelitian yang terdiri neraca dan laporan laba rugi
perusahaan Selamat Sempurna Tbk
1.5.2 Metode Pengumpulan Data /
Variabel
Peneliti
mengumpulkan data bersumber dari sumber data sekunder, yaitu Bursa Efek Indonesia.
Metode penelitian data sekunder yang dipilih oleh peneliti adalah penelitian
arsip / studi pustaka, guna memperoleh data laporan keuangan. Penelitian
dilakukan di Pusat Referensi Pasar Modal, BEI untuk mendapatkan Neraca dan
Laporan Laba Rugi periode 2004 – 2008.
1.5.3 Data / Variabel
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan adalah
Variabel bebas atau independent (variabel X) berupa dividen payout
ratio, earning per share dan kurs dollar dan variabel terikat atau
tidak bebas atau dependent (variabel Y) berupa harga saham.
1.5.4 Hipotesis
Berdasarkan hasil-hasil
penelitian tersebut di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
H01 : Earning per share (EPS) tidak mempunyai
pengaruh terhadap harga saham perusahaan Selamat Sempurna Tbk
HA1 : Earning per share (EPS) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan Selamat Sempurna Tbk
HO2 : Dividen payout ratio (DPR) tidak mempunyai
pengaruh terhadap harga saham perusahaan Selamat Sempurna Tbk
HA2 : Dividen payout ratio (DPR) mempunyai
pengaruh terhadap harga saham perusahaan Selamat Sempurna Tbk
HO3 : Kurs
dollar tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan Selamat Sempurna Tbk
HA3 : Kurs
dollar mempunyai pengaruh terhadap harga
saham perusahaan Selamat Sempurna Tbk
1.5.5 Alat
Analisis yang Digunakan
Pengujian hipotesis
dilakukan dengan alat analisis regresi linear. Untuk menguji pengaruh ketiga
variabel independen (dividen payout ratio (DPR), earning per share (EPS)
dan kurs dollar) secara bersama-sama (simultan) dan terpisah (parsial) terhadap
variabel dependen (harga saham), dapat dilihat dari nilai uji signifikansi
nilai t dan nilai F dari persamaan regresi.:
Model penelitian regresi dalam penelitian ini
dinyatakan sebagai berikut :
|
|
Y = α + b1 (X1) + b2 (X2) + b3 (X3)
|
|
Keterangan :
Y = Harga saham
α = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien
regresi
X1 = Dividen
Payout Ratio
X2 = Earning Per
Share
X3 = Kurs dollar
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka teori
2.1.1 Pengertian dan Jenis-jenis Saham
Definisi saham adalah
selembar kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu yang memiliki kertas
tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan
sekuritas tersebut, menurut pendapat lain saham adalah surat tanda penyertaan modal pada suatu
perseroan terbatas, dimana dengan memilikinya manfaat yang akan diperoleh
antara lain dividen, capital gain maupun manfaat finansial.
Adapun jenis-jenis saham
yang diperdagangkan di bursa efek adalah sebagai berikut:
a.Saham biasa (common
stock), jenis saham yang tidak memiliki hak melebihi jenis-jenis saham lainnya. Pemegang saham
biasa akan memperoleh keuntungan (dividen) hanya apabila perusahaan memperoleh
laba. Ada
beberapa karakteristik dari saham biasa diantaranya:
a) Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan pasti. Pendapatan saham biasa dapat berasal
dari penerimaan dividen dan selisih antara harga jual dengan harga beli saham.
b) Pemilik atau pemegang saham akan memiliki hak
untuk ikut serta dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS) yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
perusahaan.
c) Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo
tertentu, dengan demikian emiten tidak mempunyai tanggungjawab untuk membayar
kembali harga pembelian saham yang telah diterbitkannya.
b.Saham
preferen (preferen stock), adalah jenis saham yang memberikan hak
istimewa kepada pemiliknya, saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi
(bond) dan saham biasa. Dibanding saham biasa, saham preferen mempunyai
beberapa hak yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran lebih dahulu jika
terjadi likuidasi, oleh karena itu saham preferen dianggap mempunyai
karakteristik. Beberapa karakteristik dari saham preferen adalah sebagai
berikut:
a) Hak
untuk menerima dividen terlebih dahulu.
b)Hak dividen kumulatif,
artinya hak kepada pemegang saham preferen
untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum
pemegang saham biasa menerima dividennya.
c)Hak preferen pada
waktu likuidasi, artinya hak saham preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu
aktiva perusahaan dibanding saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
2.1.2 Harga Saham
Harga saham adalah suatu
saham yang mempunyai ciri untuk memperjualbelikan di bursa efek yang diukur
dengan nilai mata uang (harga) dimana harga saham tersebut akan ditentukan
antara kekuatan demand dan supply.
Analisa terhadap nilai
saham merupakan langkah mendasar yang harus dilakukan oleh investor sebelum
melakukan investasi. Ada dua model yang lazim
dipergunakan dalam menganalisa saham, yaitu model fundamental dan model teknikal
(fischer dan Jordan,1995:510-512).
Model fundamental, mencoba memperkirakan harga saham dimasa mendatang melalui
dua cara (Husnan, 1996:285), yakni: pertama melakukan estimasi nilai
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang, dan
kedua menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham. Karena itu untuk melakukan evaluasi dan proyeksi terhadap harga
saham, diperlukan informasi tentang kinerja fundamental keuangan perusahaan.
Banyak teori dan studi
empiris yang mendukung pernyataan bahwa terdapat pengaruh faktor-faktor
fundamental, utamanya pengaruh EPS dan tingkat DPR terhadap harga saham.
Informasi tentang laba perusahaan sangat diperlukan dalam melakukan penilaian
terhadap saham. Laporan keuangan seperti laba perusahaan harus dipakai sebagai
sumber informasi utama bilamana hendak melakukan analisis yang akurat terhadap
harga saham. Ketika laba meningkat, maka harga saham cenderung naik sedangkan
ketika laba menurun, harga saham juga ikut menurun.
Nilai suatu perusahaan
bisa dilihat dari harga saham perusahaan yang bersangkutan di pasar modal. Harga
saham biasanya berfluktuasi mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran.
Fluktuasi harga saham mencerminkan seberapa besar minat investor terhadap saham
suatu perusahaan, karenanya setiap saat bisa mengalam perubahan seiring dengan
minat investor untuk menempatkan modalnya pada saham.
Naik
turunnya harga saham yang diperdagangkan di lantai bursa ditentukan oleh
kekuatan pasar. Jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam
kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan yang bersangkutan akan naik;
demikian pula sebaliknya, jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar, maka harga
saham perusahaan juga akan ikut turun bahkan bisa lebih rendah dari harga di
pasar sekunder antara investor yang satu dengan investor yang lain sangat
menentukan harga saham perusahaan.
2.1.3 Dividen Payout Ratio
Dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan
kepada para pemegang saham ”equity investors”, sedangkan laba ditahan
merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan. Setiap perusahaan selalu ingin adanya pertumbuhan bagi
perusahaan tersebut disatu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para
pemegang saham dilain pihak, tetapi tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab
kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti makin sedikit laba
yang dapat ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan
(rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan
ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan,
berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen
makin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham sebagai ”cash dividend” disebut dividen payout ratio.
Pengertian lain Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividen
per share dengan earning after tax. DPR digunakan untuk mengukur
berapa rupiah yang diberikan kepada pemegang saham dari keuntungan yang
diperoleh perusahaan setelah dikurang pajak. Dividen yang mengalami peningkatan
dan penurunan secara drastis akan berpengaruh langsung terhadap dividen
payout ratio yang dihasilkan, sehingga investor atau pemegang saham dapat
melihat bahwasanya perusahaan sukar untuk diprediksi.
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk
membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali dalam perusahaan.
Apabila dividen yang dibayarkan secara tunai semakin meningkat, maka semakin
sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi. Hal ini menyebabkan tingkat
pertumbuhan masa mendatang rendah dan akan menekan harga saham.
Secara teori, pembagian
dividen memberikan sinyal positif kepada para investor akan prospek saham
karena mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Selain itu, investor akan bereaksi terhadap perubahan dividen payout ratio
(DPR). Penurunan payout ratio akan ditanggapi negatif karena menggambarkan
penurunan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan sebaliknya
peningkatan payout ratio akan ditanggapi positif oleh investor.
2.1.4 Earning Per Share
Earning per share adalah pendapatan perusahaan dari perlembar saham yang
dijual. EPS didapatkan dari pembagian antara laba setelah pajak dengan jumlah
lembar saham. Dengan memperhatihan EPS maka investor dapat mempertimbangkan
untuk berinvestasi di pasar modal. EPS dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan.
Jika pendapatan perusahaan tinggi maka EPS juga akan tinggi, begitu juga
sebaliknya. Hal ini yang akan mempengaruhi harga saham, karena pergerakan harga
saham pengaruh awalnya adalah pendapatan perusahaan (Suad Husnan, 1998;287).
Banyaknya teori dan studi empiris yang mendukung pernyataan
bahwa terdapat pengaruh faktor-faktor fundamental, utamanya pengaruh EPS dan
tingkat bunga terhadap harga saham.. Jenning et al. (1997) mengatakan bahwa EPS
berpengaruh terhadap variasi harga saham. Ketika laba meningkat, maka harga
saham cenderung naik. Sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham juga ikut
menurun.
2.1.5 Kurs Dollar
Penentuan nilai tukar
mata uang merupakan hal yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara.
Nilai tukar mata uang suatu negara akan saling berpengaruh terhadap nilai tukar
mata uang negara lain. Perubahan nilai tukar mata uang tertentu akan
mengakibatkan efek nyata dalam pengaruhnya terhadap perekonomian negara tersebut,
terutama pada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam aktivitas perdagangan
internasional. Perubahan nilai tukar mata uang akan menghasilkan perubahan
langsung pada harga-harga relatif domestik dan barang-barang impor. Secara umum
pengaruh perubahan nilai tukar terhadap suatu perusahaan tergantung pada posisi
perusahaan tersebut terhadap perubahan nilai tukar mata uang. Pada perusahaan
pengimpor baik barang jadi maupun bahan baku
dimana harga ditentukan oleh pasar internasional mendapatkan cash flow (expense)
pada setiap perubahan nilai tukar mata uang negaranya, nilai tukar mata uang
juga biasa disebut kurs valuta asing dalam hal ini berarti kurs dollar.
Kurs valuta asing adalah
harga dari satu mata uang yang diukur dalam mata uang asing lainnya. Hal ini
ditentukan dalam bursa valas timbul dari kebutuhan untuk membayar barang dan
jasa serta asset yang berasal dari luar negeri. Permintaan atas satu mata uang
dalam bursa valas menentukan penawaran mata uang.
Permintaan dan penawaran
valas menentukan kurs valas. Meningkatnya permintaan serta menurunnya penawaran
valas mengakibatkan apresiasi kurs yang menaikkan nilai mata uang. Sebaliknya
menurunnya permintaan serta meningkatnya penawaran valas menyebabkan depresiasi
kurs menurunkan nilai mata uang.
2.1.6 Sistem Kurs Tetap
Sistem kurs tetap
bercirikan kurs stabil yang diperkenankan berfluktuasi dalam batas-batas sempit
mengelilingi nilai pasar, dimana kedua batas tersebut tetap tetapi tidak kekal.
Keunggulan utama sistem kurs tetap adalah bahwa kurs tetap memberikan tindakan
stabilitas kurs dan dengan demikian menghilangkan sumber ketidakpastian dan
ketidakstabilan harga yang lebih jauh. Kelemahan utama sistem ini adalah bahwa
kurs tetap mengemudikan/mensubordinasi sasaran-sasaran ekonomi ekternal. Hal
ini dapat menghasilkan beban-beban sosial dan ekonomi yang merugikan.
2.1.7 Sistem Kurs Mengambang
Sistem kurs mengambang
bebas bercirikan kurs yang bebas bereaksi terhadap perubahan dan penawaran
valuta asing. Pengumuman BI mengenai perubahan kebijakan menjadi Floating
Exchange Rate untuk rupiah dengan US dollar, membuat likuidasi semakin
ketat dan dollar AS semakin tinggi. Keunggulan pertama kurs mengambang adalah
bahwa kurs menyesuaikan secara otomatis untuk mengamankan keseimbangan neraca
pembayaran. Kelemahan utamanya adalah bahwa kurs mengakibatkan ketidakstabilan
harga yang meredam perdagangan dan mengurangi kesejahteraan ekonomi. Kurs
mengambang merupakan sistem kurs yang paling tidak rumit dan amat sesuai dengan
model persaingan konpetitif dimana tidak terdapat campur tangan pemerintah
untuk mendukung kurs dan kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar
dan juga perubahan faktor-faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta
asing.
Dalam teori dikatakan
bahwa semakin menguatnya nilai US dollar terhadap rupiah berarti terjadi
depresiasi terhadap rupiah dan sebaliknya terjadi apresiasi pada US dollar,
dengan kondisi seperti ini apabila investor asing masuk dengan membawa US
dollar maka nilai investasinya menjadi murah. Secara teoritis menyatakan bahwa
semakin menguatnya nilai rupiah terhadap US dollar maka semakin berminat
investor asing masuk. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel
kurs dollar terhadap harga saham mempunyai kolerasi negatif, artinya semakin turun
kurs dollar terhadap rupiah akan menaikkan harga saham.
2.2 Kajian Penelitian Sejenis
Dalam penelitian
ini penulis memgunakan referensi penelitian sejenis yaitu penelitian yang dilakukan Nurfadillah (2006) tentang pengaruh
deviden payout ratio (dDPR), earning per share (EPS), dan kurs dollar
terhadapharga saham perusahaan manufaktur di BEJ, menyimpulkan bahwa earning
per share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham, dividen
payout ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan kurs dollar
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
2.3 Alat Analisis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan alat
analisis regresi linear berganda dengan metode stepwise. Dengan metode stepwise analisis dilakukan step by step. Variabel independen yang
mempunyai korelasi paling tinggi terhadap variabel dependen akan dimasukkan
terlebih dahulu, kemudian menyusul variabel yang lain. Proses akan berhenti
ketika yang akan dimasukkan ternyata tidak signifikan pengaruhnya terhadap
variabel dependen. Yang intinya adalah terciptanya persamaan regresi yang
mengandung variabel independen yang berpengaruh kuat terhadap variabel
dependen. Untuk menguji pengaruh ketiga variabel independen (dividen payout
ratio (DPR), earning per share (EPS) dan kurs dollar) secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (harga saham), dapat dilihat dari nilai uji
signifikansi nilai t dan nilai F dari persamaan regresi. Adapun langkah-langkah
pengujian secara teoritis adalah sebagai berikut :
1.
Regresi Linier Berganda:
|
|
Y = α + b1 (X1) + b2 (X2) + b3 (X3)
|
|
Kerangan:
Y = Harga saham
α = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien
regresi
X1 = Dividen
Payout Ratio
X2 = Earning Per
Share
X3 = Kurs dollar
2.
Uji korelasi menurut Umar (2002:314) nilai koefisien korelasi berkisar
antara -1 sampai +1,yang kriteria
pemanfatannya berkisar sebagai berikut:
a. Jika nilai r > 0
artinya telah terjadi hubungan linier positif yaitu semakin besar nilai
variabel x makin besar pula nilai variabel y atau makin kecil nilai variabel x
makin kecil pula nilai variabel y.
b. Jika nilai r < 0
artinya telah terjadi hubungan linier negatif yaitu semakin besar nilai
variabel x makin kecil pula nilai variabel y atau makin kecil nilai variabel x
makin besar pula nilai variabel y
c. Jika, nilai r = 0 artinya tidak ada hubungan sama sekali antara
variabel x dan variabek y.
d. Jika nilai r = 1 atau r = -1 maka dapat dikatakan telah terjadi
hubungan linier sempurna berupa garis lurus seddangkan untuk r yang semakin
mengarah ke angka nol maka garis makin tidak lurus.
Batas-batas nilai koefisien korelasi
diinterpretasikan sebagai berikut( Nugroho 2005:36):
Tabel 3.1
Batas-batas koefisien korelasi
Menurut Nugroho
|
Batas – batas korelasi
|
Nilai koefisien
|
1
|
0,00 sampai dengan 0,20
|
koefisien sangat lemah
|
2
|
0,21 sampai dengan 0,40
|
koefisien lemah
|
3
|
0,41 sampai dengan 0,70
|
koefisien kuat
|
4
|
0,61 sampai dengan 0,90
|
koefisien sangat kuat
|
5
|
0,91 sampai dengan 0,99
|
koefisien sangat kuat sekali
|
6
|
1,00
|
korelasinya sempurna
|
3 Uji hipotesis, yaitu dengan melihat nilai
probabilitas dengan alpha. Bila nilai probabilitas < alpha, maka hipotesis
alternatif diterima. Sebaliknya, bila nilai probabilitas > alpha maka
hipotesis alternatif ditolak.
4 Goodness of Fit (R²) yang digunakan untuk
melihat garis regresi secara keseluruhan dan diuji letak kebenaran taksirannya.
Dalam persamaan itu R² akan menunjukkan nilai yang bisa dijelaskan dan yang
tidak bisa dijelaskan yang dikenal dengan istilah koefisien determinasi.
Kecocokan model akan baik bila R² semakin besar atau semakin mendekati nilai
satu, yang menunjukkan ketiga variabel akan semakin besar.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Pada
penulisan ilmiah ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang
dipilih sebagai objek penelitian yaitu PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) yang merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E
(Telecommunication, Information, Media and Edutainmet) yang terbesar di Indonesia. TELKOM beralamat lengkap di Gedung Menara
JAMSOSTEK, Lt.24 Jalan Jendral Gatot Subroto No.38 Jakarta.
3.2 Populasi
dan Penentuan Sampel Penelitian
Menurut Sujana dalam Pranowo (2009) populasi adalah keseluruhan individu
yang ada dalam suatu objek penelitian, sedangkan individu dapat berarti orang,
peristiwa, maupun benda. Sedangkan sampel adalah bagian populasi yang digunakan
untuk memperkirakan karakteristik populasi. Berdasar pengertian di atas maka
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2009.
sedangkan dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik Judgment Sampling yang termasuk dalam Purposive Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan
tertentu (Sumarni, et al., 2006).
Sampel yang dipilih penulis yaitu PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Yang
menjadi pertimbangan penulis dalam memilih sampel tersebut adalah karena
keaktifan saham perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia dari tahun 1999 sampai
dengan 2009.
3.3 Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dari sampel penelitian dilakukan dengan teknik
dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa informasi
mengenai PT Telekomunikasi Indonesia antara tahun 1999-2009 yang meliputi
volume penjualan dan harga saham umum, pembayaran dividen, dan informasi
keuntungan tiap lembar saham. Semua data tersebut didapat dari Bursa Efek
Indonesia.
3.4 Jenis
dan Sumber Data
Jenis data
yang penulis gunakan merupakan data sekunder. Sumarni et al., (2006)
berpendapat yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang secara tidak
langsung diberikan oleh sumber data kepada pengumpul data, misalkan dalam
bentuk dokumen atau arsip. Dalam hal ini, penulis mendapatkan data penelitian
dari Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari volume penjualan dan harga saham umum, pembayaran dividen, dan informasi
keuntungan tiap lembar saham dari PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. dari tahun
1999 sampai dengan tahun 2009.
3.5
Operasional Variabel Penelitian
Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Yang termasuk dalam variabel dependen yaitu harga saham PT
Telekomunikasi Indonesia sedangkan variabel independennya yaitu Earning Per Share, dividend payout ratio,
dan kurs dollar. Definisi operasional dan pengukuran variabel-variabel tersebut
adalah :
·
Harga
Saham, yaitu harga pasar saham pada penutupan akhir tahun (closing price)
·
Dividen Payout Ratio, merupakan presentase dari pendapatan
yang akan dibayarkan terhadap pemegang saham.
Dividen payout ratio = dividen per share / earning per share
Tapi dalam penelitian ini dividen payout ratio didapat dari data
keuangan perusahaan tahun 1999-2009 yang berasal dari Bursa Efek Indonesia.
·
Earning per share, menunjukkan besarnya laba bersih yang siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
EPS = Laba bersih setelah
bunga dan pajak / jumlah saham beredar
Tapi dalam penelitian ini earning per share didapat dari data
keuangan perusahaan tahun 1999-2009 yang berasal dari Bursa Efek Indonesia
·
Kurs
dollar, kurs dollar diukur dengan kurs mata uang dollar terhadap rupiah. Dalam
penelitian ini kurs dollar yang digunakan adalah kurs pada saat tanggal closing
price harga saham perusahaan tahun 1999-2009.
3.6
Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian yang dilakukan antara lain melakukan hipotesis terhadap data-data
yang telah dikumpulkan dilanjutkan dengan melakukan metode analisis data
menggunakan alat analisis yang sesuai dengan objek penelitian.
A. Hipotesis
Berdasarkan
hasil-hasil penelitian tersebut di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
H01 : Earning per share (EPS) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.
HA1 : Earning per share (EPS)
mempunyai pengaruh terhadap
harga saham perusahaan
Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
HO2 : Dividen payout ratio (DPR) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga
saham perusahaan Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
HA2 : Dividen payout ratio (DPR) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.
HO3 : Kurs dollar tidak mempunyai pengaruh terhadap
harga saham perusahaan Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.
HA3 : Kurs dollar mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
B.
Metode Analisis Data
Pengujian
hipotesis dilakukan dengan alat analisis regresi linear berganda dengan metode
stepwise. Dengan metode stepwise
analisis dilakukan step by step. Variabel
independen yang mempunyai korelasi paling tinggi terhadap variabel dependen
akan dimasukkan terlebih dahulu, kemudian menyusul variabel yang lain. Proses
akan berhenti ketika yang akan dimasukkan ternyata tidak signifikan pengaruhnya
terhadap variabel dependen. Yang intinya adalah terciptanya persamaan regresi
yang mengandung variabel independen yang berpengaruh kuat terhadap variabel
dependen. Untuk menguji pengaruh ketiga variabel independen (dividen payout
ratio (DPR), earning per share (EPS) dan kurs dollar) secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (harga saham), dapat dilihat dari nilai
uji signifikansi nilai t dan nilai F dari persamaan regresi.
Adapun
langkah-langkah pengujian secara teoritis adalah sebagai berikut :
2.
Regresi Linier Berganda:
|
|
Y = α + b1 (X1) + b2 (X2) + b3 (X3)
|
|
Kerangan:
Y = Harga saham
α = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien
regresi
X1 = Dividen
Payout Ratio
X2 = Earning Per
Share
X3 = Kurs dollar
2.
Uji korelasi menurut Umar (2002:314) nilai koefisien korelasi berkisar
antara -1 sampai +1,yang kriteria
pemanfatannya berkisar sebagai berikut:
a. Jika nilai r > 0
artinya telah terjadi hubungan linier positif yaitu semakin besar nilai
variabel x makin besar pula nilai variabel y atau makin kecil nilai variabel x
makin kecil pula nilai variabel y.
b. Jika nilai r < 0
artinya telah terjadi hubungan linier negatif yaitu semakin besar nilai
variabel x makin kecil pula nilai variabel y atau makin kecil nilai variabel x
makin besar pula nilai variabel y
c. Jika, nilai r = 0 artinya tidak ada
hubungan sama sekali antara variabel x dan variabek y.
d. Jika nilai r = 1 atau r = -1 maka dapat
dikatakan telah terjadi hubungan linier sempurna berupa garis lurus seddangkan
untuk r yang semakin mengarah ke angka nol maka garis makin tidak lurus.
Batas-batas nilai koefisien korelasi
diinterpretasikan sebagai berikut ( Nugroho 2005:36):
Tabel 3.1
Batas-batas koefisien korelasi
Menurut Nugroho
|
Batas – batas korelasi
|
Nilai koefisien
|
1
|
0,00 sampai dengan 0,20
|
koefisien sangat lemah
|
2
|
0,21 sampai dengan 0,40
|
koefisien lemah
|
3
|
0,41 sampai dengan 0,70
|
koefisien kuat
|
4
|
0,61 sampai dengan 0,90
|
koefisien sangat kuat
|
5
|
0,91 sampai dengan 0,99
|
koefisien sangat kuat sekali
|
6
|
1,00
|
korelasinya sempurna
|
3 Uji hipotesis, yaitu dengan melihat nilai
probabilitas dengan alpha. Bila nilai probabilitas < alpha, maka hipotesis
alternatif diterima. Sebaliknya, bila nilai probabilitas > alpha maka
hipotesis alternatif ditolak.
4 Goodness of Fit (R²) yang digunakan untuk
melihat garis regresi secara keseluruhan dan diuji letak kebenaran taksirannya.
Dalam persamaan itu R² akan menunjukkan nilai yang bisa dijelaskan dan yang
tidak bisa dijelaskan yang dikenal dengan istilah koefisien determinasi.
Kecocokan model akan baik bila R² semakin besar atau semakin mendekati nilai
satu, yang menunjukkan ketiga variabel akan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Maulana. 2006.
Pengaruh Earning
Per Share (EPS), Dividen
Payout Ratio (DPR) , Dan Kurs Dollar
Terhadap Harga Saham Perusahaan Selamat Sempurna Tbk:Jakarta.
Arif Pratisto. 2009. Statistik Menjadi Mudah Dengan SPSS 17. PT Elex Media
Komputindo:Jakarta.
Awat, Napa
J. 1999. Manajemen Keuangan: Pendekatan Matematis, Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Baridwan, Z.2000. Intermediate Accounting. BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Brigham, Eugene F, dan Houston, Joel F. 2001 Manajemen
Keuangan, Edisi kedelapan, Penerbit Erlangga: Jakarta.
Gaver, Jennifer J, and Gaver, Kenneth M, Additional
Evidence on The Association Between The Investment Opportunity Set and
Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies, Journal of
Accounting and Economics, Vol. 16, 1993, pp 125–160.
Jones, Stewart, and Sharma, Rohit.2001 The Association Between The
Investment Opportunity Set and Corporate
Financing and Dividend Decisions: Some Australian Evidence, Managerial
Finance, Vol. 27, No.3 pp 48–64.
Kallapur, Sanjay, and Trombley, Mark A. 2001 The
Investment Opportunity Set: Determinants,
Consequence and Measurement, Managerial Finance, Vol. 27, No. 3, 2001,
pp 3–15.
Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan. UPP –
AMP YKPN: Yogyakarta.
Resmi,Siti .2002. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.
Yogyakarta: STIE YKPN
Smith, Clifford W, and Watts, Ross L, The Investment Opportunity Set
and Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies, Journal
of Financial Economics, Vol. 32, 1992, pp 263–292.
Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan
Aplikasi, Edisi pertama, Ekonisia: Jakarta.
Singgih Santoso.
2001. SPSS Versi 10. PT Elex Media
Komputindo:Jakarta
Sawir, A. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan. PT.
Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.